Sejak akhir tahun kemarin, tahun 2014,
berita tentang AFTA atau ASEAN Free Trade Area sudah banyak kita dengar di
media-media bahwa AFTA dan MEA sudah di depan mata. MEA/AFTA adalah satu
kesepakatan yang dibuat oleh 10 negara pada waktu ASEAN Summit di Singapura
tahun 1992, para kepala negara –negara ini bersepakat untuk membentuk suatu
kawasan perdangangan bebas di ASEAN dalam kurun waktu 15 tahun. Akan banyak
tantangan dan peluang yang kita hadapi menjelang kesepakatan ini di
berlakukan.Sebelum kita lebih jauh membahas dampak dan pengaruh kesepakatan ini
terhadap negara kita tercinta mari kita bahas apa itu AFTA dan MEA? Apakah AFTA
itu sama dengan MEA? Ataukah berbeda?
ASEAN Free Trade Area (AFTA) sejatinya
adalah satu bentuk kesepakatan yang dibuat oleh negara-negara ASEAN untuk
melahirkan kawasan bebas, bebas perdangan diantara para negara-negara ASEAN.
AFTA sendiri memiliki tujuan, tujuan utama dari AFTA adalah untuk meningkatkan
daya saing ekonomi dan bisnis ASEAN di rana dunia. Dan adapun harapan
dibentuknya AFTA ini adalah negara-negara ASEAN bisa menjadi basis produksi
dunia.
Sedangkan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)
adalah masyarakat yang masuk dalam kawasan bebas area ini, atau negara-negara
yang masuk dalam AFTA. Jadi kawasan ekonomi suatu negara yang termasuk dalam
MEA ini akan menjadi lebih luas, adanya perekonomian yang menglobal diantara
para negara-negara ASEAN. Kita bisa melihat bahwa MEA dan AFTA tidak lah sama,
AFTA adalah kesepakatan sedangkan MEA adalah para negara-negara yang ikut dalam
pasar bebas ini.
Pelaksanaan persetujuan ini akan berdampak
pada banyak sektor, terhadap inovasi teknologi, terhadap perdagangan dan
terhadap SDM. Karna MEA ini tidak hanya membuka arus perdangan barang, tetapi
juga jasa. Bebasnya tenaga asing masuk ke Indonesia dapat sangat mempengaruhi dan
para tenaga kerja asing ini akan dapat mengisi jabatan yang dulunya terhalang
oleh peraturan yang nanti akan dihilangkan karna berlakunya MEA/AFTA ini.
Pengaruh pasar bebas ini akan sangat kita rasakan terutama pada sektor SDM,
kebutuhan akan SDM yang berkualitas akan sangat tinggi karna persaingan yang
sangat ketat. Dan untuk menciptakan SDM yang memiliki kualitas yang baik kita
harus memulainya dari bagaimana kita menciptakan SDM ini, sistem pendidikan,
pendidikan merupakan landasan dasar untuk membangun sembuah negara, pendidikan
ini akan di jadikan senjata bagi sebuah bangsa untuk bersaing dalam era
globalisasi ini dan ini tidak bisa kita pungkiri bahwa untuk bersaing dengan
negara lain adalah pendidikan lah sebagai landasan awalnya. Dengan kata lain kita
bisa melihat daya saiang sebuah bangsa dan negara dari pengetahuan dan
pendidikan SDM dari negeri itu. Bisa di kita simpulkan bahwa ada hubungan
antara sistem pendidikan dengan penerapan kawasan bebas perdagangan ini, dan
berarti juga akan ada dampak terhadap pendidikan di Indonesia dalam
pemberlakuan kawasan bebas perdagangan ini. Hubungan akan dapat kita lihat jika
melihat kesiapan kita sendiri, kesiapan Indonesia terhadap MEA/AFTA, kesiapan
dalam faktor SDM-nya. Mahasiswa, mahasiswa calon sarjana (S1) merupakan
angkatan kerja tertinggi di Indonesia, dan pertahun ada banyak mahasiswa yang
lulus atau sarjana yang menganggur ini di sebabkan kurangnya daya serap tenaga
kerja sarjana pun masih kurang, ini merupakan masalah yang harus di selesaikan
oleh pemerintah. Ada banyak usaha yang telah dilakukan pemerintah untuk
mengatasi masalah yang telah lama ada dalam negeri kita, salah satu usaha yang
dilakukan pemerintah adalah mengeluarkan kebijakan Permendikbud 49/2014 tentang
standar nasional pendidikan tinggi. Permendikbud 49/2014 berisi bahwa mahasiswa
harus selesai dalam waktu 4-5 tahun atau 8-10 semester dengan beban 144 sks,
Permendikbud ini memiliki tujuan untuk memenuhi permintaan tenaga kerja
perusahaan multinasional dengan keahlian yang cukup untuk bersaing. ini juga
menjadi bukti bahwa adanya hubungan antara sistem pendidikan di Indonesia
dengan penerapan sistem kawasan perdangan bebas. Tetapi akan muncul pertanyaan
apakah penerapan Permendikbud 49/2014 ini sudah tepat sasaran untuk
menyelesaikan masalah SDM dan penyerapan tenaga kerja ? sedangkan masalah
tentang SDM sangat lah penting karena SDM ini atau tenaga kerja merupakan asset
negara yang menjadi tanggung jawab negara.
Melaksanakan persetujuan AFTA mungkin bukan
pilihan yang cocok, namun merupakan opsi yang lebih baik dibandingkan menunda
sampai datang kondisi dan pilihan yang pas, sebelum semua akan merasa ragu dam
akan terjadi peundaan dan terjadi berulang seterusnya. Seperti yang di katakana
sebelumnya akan ada banyak tantangan dan peluang yang kita hadapi kedepannya
dalam menghadapi MEA/AFTA, dengan meningkatkan daya saing kita dalam era
globalisasi kita dapat memaksimalkan peluang dan meminimalisasikan tantangan-tantangan
yang kita hadapi. Masih banyak cara yang bisa kita pilih untuk menghadapi pasar
bebas yang sudah ada depan mata kita ini, salah satu contoh untuk mengatasi
masalah yang akan dihadapi pada sektor tenaga kerja asing yang akan banyak
menggeser tenaga kerja lokal, pasar bebas mungkin akan membuka luas kesempatan
tenaga kerja asing tapi kita bisa memperketat syarat dan memaksimalkan potensi
tenaga kerja lokal kita dengan penguasaan bahasa asing yang biasanya menjadi
salah satu halangan tenaga kerja lokal.
Bagaimana
pandangan Anda mengenai Masyarakat Ekonomi ASEAN yang akan kita hadapi akhir
tahun ini?
Yang menjadi inti dalam Masyarakat Ekonomi
ASEAN adalah proses integrasi ekonomi dimana akan ada pihak yang diuntungkan
dan aka nada pihak yang dirugikan. Indonesia dalam beberapa hal akan
diuntungkan dan dalam beberapa hal lainnya akan dirugikan. Setiap integrasi
ekonomi bisa berfungsi dengan efektif jika terjadi diantara ekonomi yang
setara. Jika aspek ekonomi tersebut tidak setara maka akan menimbulkan
persoalan. Negara Indonesia sebagai bagian dari ASEAN relative ada pada posisi
menengah ke atas berkaitan dengan aspek ekonomi. MEA juga akan menimbulkan
tantangan dan kesempatan untuk mengembangkan sumber daya manusia. Perhelatan
ini akan dilihat baik dari segi kompetisi, karena akan membuat harga-harga
barang akan semakin murah dan membuat setiap negara akan fokus pada produk yang
memiliki tingkat efisiensi yang paling tinggi.
Menurut
Anda, bagaimana keadaan ekonomi yang dimiliki Indonesia saat ini? Apakah
Indonesia siap menghadapi MEA?
Berbicara
soal kesiapan, keadaan ekonomi Indonesia dapat dikatakan relatif maju, dalam
artian pertumbuhan ekonominya tinggi. Namun yang menjadi kendala untuk
Inodnesia adalah Indonesia terlalu mengandalkan pada ekspor bahan alam, di lain
hal Indonesia memiliki kelemahan dalam produk manufaktur. Indonesia harus bisa
membuat industri manufaktur menjadi komuditi andalan dan Indonesia harus bisa
menguasai pasar-pasar produk manufaktur dan mengurangi indeks ekspor barang-barang
alam karena ekspor barang-barang alam itu akan mencapai batas dan tidak akan
bisa ditingkatkan dalam jangka pendek seperti produk manufaktur. Aspek lain
adalah sumber daya manusia dan hubungannya dengan lapangan pekerjaan yang
semakin berkembang. Penguasaan bahasa negara-negara ASEAN akan menjadi isu yang
penting jika ingin bersaing secara kompetitif. PAda akhirnya yang menjadi kata
kunci dari perkembangan sumber daya manusia adalah pendidikan.
Menurut
anda, apa dampak yang diberikan oleh MEA kepada Indonesia?
Jika berbicara dampak, tentunya dapat
dilihat dari segi positif dan segi negatif. Dimulai dari segi positif, bagi
sektor usaha yang memiliki kekuatan atau daya saing yang cukup tinggi, maka
sektor usaha tersebut akan bisa berpeluang untuk masuk ke pasar-pasar di ASEAN.
Misalnya Indonesia memiliki kekuatan dalam hal nekspor tekstil, maka Indonesia
memiliki peluang untuk bisa bergabung di dalam pasar-pasar ASEAN. Dan begitu
pula sebaliknya, dimana produk dari negara lain dapat dengan mudah masuk ke
negara Indonesia. Masyarakat sebagai konsumen akan diuntungkan dengan pilihan
produk yang semakin banyak karena produk tersebut bebas masuk ke pasar manapun
di wilayah ASEAN. Di sisi lain, MEA juga memberikan dampak negatif yaitu akan
ada kelompok masyarakat yang tersisih karena kalah efisien dengan produk lain.
Peran pemerintah diperlukan untuk menjaga kestabilan hal tersebut. Karena
berbagai fenomena seperti pasar bebas, integrasi ASEAN, integrasi apapun itu
akan selalu menghasilkan orang-orang yang frustasi karena mereka tidak efisien
dan kalah saing.
Bagaimana
peran negara dalam meningkatkan kesiapan Indonesia menghadapi MEA dalam kurun
waktu kurang dari satu tahun?
Peran negara tentunya sangat penting dalam
hal ini. Negara atau pemerintah harus bisa masuk dalam segala sektor, baik
dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam waktu jangka pendek dapat
dilakukan dengan sosialisasi dari kementerian dan pemerintah dan waktu jangka
panjang adalah harus masuk dalam sektor pendidikan, bagaimana membangun mental
yang terdidik, meminimalisir meminta bantuan negara. Yang negara bisa berikan
adalah kesempatan berusaha, keamanan berusaha dan infrastruktur. Dalam waktu
jangka panjang, dunia pendidikan dikatakan sangat penting untuk mendorong agar
masyarakat memiliki keinginan untuk berkompetisi dan membangun sumber daya
manusia yang unggul, dapat bersaing dengan warga negara di lingkungan ASEAN dan
juga mempercepat atau memperkuat sektor yang diungguli.
Menurut
Anda, apa yang dapat mahasiswa lakukan dalam mendukung persiapan Indonesia
untuk menghadapi MEA?
Pertama untuk diri mahasiswa, mereka harus
mempersiapkan diri karena selepas mereka kuliah dengan adanya MEA mereka harus
mampu beradaptasi dengan keadaan yang memaksa mereka harus berhadapan dengan
warga negara asing yang nantinya dengan bebas dapat bekerja di negara Indonesia
atau sebaliknya. Untuk ranah yang lebih luas atau di lingkungan masyarakat,
mahasiswa bisa mensosialisasikan kepada masyarakat tentang bagaimana membangun
mental yang kompetitif, yang mau bersaing dan memiliki keunggulan. Jika tidak
memiliki keunggulan dan tidak memiliki aspek yang kompetitif, akan sangat
mempengaruhi terhadap sektor ekonomi dan pekerjaan. Masyarakat Indonesia kurang
memiliki mental yang kompetitif dikarenakan negara memiliki sumber daya alam
yang luas. Jadi, ketika seseorang sudah merasa mapan, mereka menganggap tujan
hidup sudah tercapai, padahal kita tidak hanya memikirkan diri sendiri tetapi
juga bagaimana nasib bangsa di masa yang akan datang.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar